Thursday, March 15, 2012

Dinamika perkembangan diri (self) manusia menurut Kierkegaard dan Freud



Menurut Kierkegaard manusia adalah unity of body and soul, not yet relation. Hal ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia yang terjadi adalah kesatuan pasif ("it") yang dideterminasi dari luar. Sedangkan "diri" manusia yang tidak hanya terjadi sebagai kesatuan body dan soul serta memiliki relasi yang aktif atau dinamis karena the power of spirit. Spirit (the power of being) mengaktifkan dan memperkuat self menjadi dinamis. Namun self bisa hilang dan kembali ke "it" jika terjadi "despair". Manusia adalah sintesis yang mengikat relasi-relasi tersebut menjadi satu kesatuan. Spirit memungkinkan terjadinya sintesis. Spirit memungkinkan possibility menjadi actuality. Kerja dari spirit adalah (a) mengubah "it" menjadi "self", (b) mengubah unity menjadi relation, dan (c) mengintegrasikan semua relasi. Dalam dialektika possibility menjadi actuality, sehingga manusia menjadi diri dan bisa mengatakan 'aku' terjadi karena freedom (kebebasan) bukan by necessity secara alamiah. The power of being adalah given, namun bisa bekerja bisa tidak bekerja.

Eksistensi manusia terbangun atas body, soul, dan spirit (roh). Spirit ada bersama manusia di dunia. Spirit bisa bekerja dengan syarat manusia mau menerima, berkembang, dan menerima tanggungjawab. Demikian pula kemenjadian manusia adalah akibat kebebasannya bukan secara keniscayaan alamiah, maka perubahan itu terjadi pada tataran eksistensi bukan esensi. Spirit merupakan konsep ontologis bukan hanya biologis (pada Freud) yang menjadikan manusia menjadi dinamis yang memungkinkan manusia memiliki kebebasannya. Kebebasan sebagai self determination, menentukan diri sendiri, bukan kekuatan dari luar (spirit roh). Self determination berarti kebebasan yang membawa tanggungjawab. Spirit memungkinkan manusia menjadi mungkin untuk mampu memproyeksikan diri. Proses self becoming pada Kierkegaard tidak deterministik karena ditentukan oleh kebebasannya, sedangkan pada Freud deterministik karena ditentukan oleh masa lalunya.

Eksistensi menurut Kierkegaard adalah kemampuan transenden manusia. Imanjinasi merupakan kemampuan transenden manusia untuk memposisikan dirinya ke depan. Mengacu pada yang transenden terdapat tiga tahapan perkembangan eksistensi manusia yaitu;
a) Tahapan Estetik; tataran manusia tidak membedakan dirinya dengan lingkungannya
b) Tahapan Etik: manusia memiliki referensi yang abadi tetapi belum penuh. Sudah ada komitmen setidaknya moral tetapi belum pada Allah yang transenden
c) Tahapan Religius atau Theos: Komitmen tidak terbatas pada yang moral di masyarakat, tetapi komitmen pada Allah saja. Dari temporal menuju yang abadi.

Menurut Kierkegaard dalam diri manusia terdapat hubungan dialektis yang saling timbal balik yaitu dialektika esensial antara yang terbatas dan tak terbatas, dialektika sintesis antara badan dan jiwa, dialektika eternal antara temporal dan abadi, serta dialektika eksistensial antara keharusan dan kebebasan. Pergerakan eksistensi manusia pada tahapan-tahapan tersebut juga berangkat dari keputusan yang diambil manusia. Kedirian yang diperjuangkan manusia bisa hilang karena despair. The self pada Freud bisa hilang karena neurotik. Kedirian manusia hilang karena tidak ada sentuhan pada realitas hanya pada tataran imajiner.

Tahapan konsep kedirian manusia pada Freud terdiri atas tiga yaitu (a) Tahap somatik; bekerjanya organisme fisik yaitu naluri seksual dan naluri ego (where there is id there is ego). Id adalah hasrat yang tak sadar. Manusia dilihat sebagai mekanik, dorongan-dorongan naluriah yang asalnya somatik (dorongan pada organ-organ tubuh tertentu dan berciri seksual). (b) Tahap psikologis; pada tahapan ini masih berciri bekerjanya organ-organ reproduktif. Terdapat pemenuhan dorongan-dorongan seksual yang apabila tidak terpenuhi maka akan menjadi neurotik (gratifikasi). (c) Tahap metapsikologi; merupakan fase lanjutan, gairah seksual tidak berasal dari organ seksual melulu tetapi dari seluruh organ-organ tubuh. Pada awalnya memang pada organ-organ seksual namun lalu tidak dibatasi pada organ-organ itu saja sehingga seluruh tubuh adalah seksual. Hal ini menunjukkan perluasan pengertian seksual.

No comments: