Monday, July 17, 2006

Buat Wangai... Selamat Jalan Anakku! Tuhan besertamu...

Hari Kamis, tanggal 13 Juli 2006 adalah hari terakhir Wangai masuk kuliah, dan hari terakhir aku mendengar tentang Wangai... Sungguh, sampai hari ketiga aku masih tidak percaya. Hari itu Kamis malam, aku dapat kabar dari Alam (sahabatnya) bahwa Wangai telah pulang dengan mengenaskan. Aku tidak percaya, dan aku katakan sama Alam, "Lam, Elu kalau canda jangan kelewatan dong..". Tapi dia menyangkal, "Ini benar mas".

Waktu itu, terakhir aku ketemu mereka berdua di rumahku, aku minta mereka untuk datang di ulang tahun Bastian. Dan, karena aku pikir mereka berdua segera ke aceh, maka aku tidak mengingatkan lagi. Dan aku hanya bisa konfirmasi ke teman-teman. Akhirnya berita itu benarlah sudah. Pak Agus, temanku datang sendiri memandikan jenasahnya di RS Fatmawati jaksel. Waktu itu aku hanya mencoba diam, kontak batin, dan berdoa. Kenapa kamu pergi anakku? Kenapa harus dengan cara seperti ini?

Wangai, aku mengerti kamu mungkin melebihi yang diketahui orang tuamu. Kamulah yang terbaik! Kamulah yang setia melakukan eksperimentasi, mencoba, merefleksikan, dan menemani anak-anak Bantar Gebang. Kamulah yang penasaran dan bereksperimen tentang sekolah (kuliah), dan kamu membuktikannya, bahwa kuliah tidak ada artinya dan hari itu, kamu sudah mudur bersaamaan dengan kepulanganmu.

Aku tak terfikir aku harus search di web site. Aku tidak terima dengan berita itu. Berita ini: http://www.lantas.metro.polri.go.id/news/index.php?id=2&nid=6459 dan http://www.detik.com/indexberita/indexfr.php adalah berita ngawur, apalagi ini http://www.detik.com/indexberita/indexfr.php. Sungguh, aku tahu siapa kamu ai.

Aku juga tahu kehadiranmu di rumahku, aku tahu, Bas tahu. Pergilah nak, meski aku tidak pernah bisa menerima kejadian ini, ini persoalanku. Kabarkan syiar cintamu kepada mereka yang menyambutmu... Pemihakanmu, Ketulusanmu, Keberanianmu untuk berpihak kepada mereka yang dibuang. Pulanglah nak, tanpa tangis aku melepasmu, karena aku belum bisa menerima ini. Aku menyertaimu dalam keheningan dan ingin berkata, "Tugasmu sudah selesai!". Tuhan mengundangmu, ambilah tugas baru itu. Aku menolak namun aku harus menerima.

Selamat jalan anakku, cintaku bersamamu...